Puisi Alam-Puisi Pendaki

Wibi Alwi Surya Kuncoro 03.58.00
Puisi Alam-Puisi Pendaki-Pada artikel sebelumnya saya sudah membuat puisi yang berjudul Ketakjubanku Kepada Sang Alam yang merupakan karya saya sendiri yang pernah meraih juara 1 dalam ajang lomba puisi yang diadakan oleh keranjangbesar.com (Telkomsel). Lumayan dari pada Lumanyun...hehe. Nah pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi puisi yang berjudul Puisi Pendaki. Sebelumnya saya mau bercerita dulu  boleh ya, dikit aja..hihi

Mendaki gunung. Satu kegiatan yang oleh sebagian orang hanya dipandang sebagai kegiatan yang sia-sia. Tatapan mereka sinis dan tak jarang pula disertai dengan cibiran. Mereka pun berkata merendahkan, saat melihat sekolompok orang dengan carier sarat beban, topi rimba, baju lapangan, dan sepatu gunung yang dekil bercampur lumpur. Hanya sebagian saja yang menatap mereka dengan mata berbinar menyiratkan kekaguman.

Mengapa bisa begitu? Itu lantaran tidak banyak yang bisa memahami apa yang dirasakan oleh seorang pendaki. Karena perasaan yang luarbiasa itu hanya bisa benar-benar dirasakan oleh mereka yang telah mendaki gunung. Sehingga karena ketidaktahuan itulah banyak orang yang berseloroh; “Ngapain cape-cape naik gunung, menghabiskan waktu dan uang saja. Sudah disana dingin, ee.. setelah sampai di puncak turun lagi. Sungguh sia-sia….”

Pendaki Gunung
Gunung Argopuro

Tetapi kawan, tengoklah ketika mereka memberanikan diri untuk bersatu dengan alam agar bisa mendapatkan pendidikan darinya. Mereka melangkah, merayap, duduk dan berbaring hanya untuk merasa lebih dekat dengan ibu pertiwi. Mereka sangat mandiri dengan kepercayaan diri yang tinggi. Angan-angan mereka tinggi dan harapan mereka berkobar di dalam aliran darahnya. Semangat mereka pun terus membara dan “pantang kembali sebelum tiba di puncak idaman”.

Udahan ya, disambung besok lagi, ntar puisinya gak ketulis...yukk marii...!!!!

Puisi Alam-Puisi Pendaki

Pengembaraan yang tak terputus oleh waktu
jejak kaki yang menempel pada jarum jam
jarum yang tak menusuk namun tajam...

Pengembaraan hanyalah penggalan nyanyian sunyi
sayup bisikannya terbungkus kafan dedaunan
lepaskan semua igauan-igauan yang tersangkut di pepohonan

Barangkali daunpun hanya meratap... tanpa menatap
sebelum dipeluk dinginnya angin...
detik-detik jam membatasi usia...
meninggalkan getar bisik sang matahari

Pengembaraan kian mengabur di tengah hutan
yang dilepas oleh doa-doa perjumpaan...
syair-syair yang diucapkan oleh gulita malam
senantiasa menyajikan mimpi yang maha panjang

Dan.. kebersamaan yang hanya sepenggal
bukan berarti akhir persimpangan...
karena petualangan masih lagi panjang
meski usia kian usang termakan waktu...

Selama hutan masih bisa dijelajahi...
selama jejak kaki masih terukir di pegunungan
selama itu pula pengembaraan kita tetap ada
sahabat... kutunggu kau di tengah rimba...!

Wahai kawan. Para pendaki ini bukanlah orang-orang yang tak berguna. Mereka adalah jiwa-jiwa yang tulus dan penuh rasa menghargai. Cinta pun tak lepas dari hati mereka. Ada semboyan abadi bagi para pendaki, yaitu (1) Jangan mengambil sesuatu kecuali gambar; (2) Jangan meninggalkan sesuatu kecuali jejak; (3) Jangan membunuh sesuatu kecuali waktu. Tiga hal inilah yang selalu tertanam di benak dan sanubari sang pendaki sejati. Sehingga mereka menjadi pribadi yang santun dan pengertian. Jika tidak, patutlah kita mengatakan bahwa ia hanyalah pecundang.

Begitulah segalanya terjadi. Prinsip seorang pendaki adalah, bahwa ketika kita peduli dengan alam, berarti kita telah peduli dengan kehidupan. Dalam sikap yang peduli dengan kehidupan itu, maka kita pun bisa lebih peduli dengan saudara, tetangga, bahkan musuh kita sendiri. Dan satu hal lagi yang tak mungkin dilupakan oleh seorang pendaki sejati adalah dimana ia akan benar-benar meyakini tentang kebesaran Tuhan, sehingga akan terus beriman kepada-Nya.

Mendaki gunung itu bukanlah menaklukkan alam, tetapi justru menaklukkan diri sendiri. Dengan menghancurkan ego pribadi, seorang pendaki sejati bisa berdamai dan bersahabat dengan dirinya sendiri. Mendaki gunung itu adalah kebersamaan, persaudaraan, dan saling ketergantungan antar sesama. Dan tidaklah mudah untuk bisa menjadi salah satu dari mereka. Karena di butuhkan orang-orang yang memiliki perasaan yang sama tentang alam semesta, yaitu cinta.

Demikian puisi yang berjudul Puisi Pendaki yang bisa saya share, walaupun hanya sedikit rangkaian kata-kata yang terangkum namun itulah adanya. Dan dengan adanya sedikit penjelasan mendaki gunung yang bisa di artikan mendaki gunung untuk menghargai hidup yang sedikit banyaknya sudah saya gambarkan di atas, semoga sobat mengerti dan tahu pentingnya menghargai alam dan hidup serta kebesaran Sang Maha Kuasa. Terima kasih bagi para pengunjung yang sudah sudi membaca karangan yang tak berjejak ini. Salam Rimba,,,!!!!

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

* Jangan Meninggalkan Link Aktif
* Silahkan berkomentar dengan Kata Sopan Dan Ber-Etika.
* Terima kasih telah singgah di blog ini.
* Oke jangan pernah bosen singgah di sini :D
EmoticonEmoticon